Senin, 13 Juni 2011

PENELITIAN SHERLY.....

TUGAS
PENELITIAN PENDIDIKAN II
TENTANG
HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN WARGA BELAJAR
DENGAN HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN MATEMATIKA
PADA BIMBINGAN BELAJAR MSC KAMPUNG TARANDAM LUBUK ALUNG







OLEH
SHERLY
01286/2008


JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Negara Indonesia merupakan Negara yang berkembang. Untuk mengejar ketinggalan dari negara maju, diperlukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Untuk mendapatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan merupakan investasi dalam pembanguan yang berkelanjutan dalam rangka globalisasi. Penyiapan pendidikan perlu diadakan dengan tuntutan kompetensi sebagai upaya memacu kualitas Sumber Daya Manusia melalui pendidikan yang semakin signifikan.
Pendidikan menduduki peranan yang amat penting dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia, karena pendidikan merupakan kekuatan pembangunan nasional, maka dengan demikian mutu pendidikan akan menentukan berhasil atau tidaknya pembangunan. Pendidikan di Indonesia banyak menghadapi tantangan yang semakin lama semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh munculnya berbagai tantangan sebagai dampak perkembangan IPTEK.
Sesuai dengan Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan menyatakan bahwa “pendidikan dapat diperoleh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal yang saling melengkapi dan memperkaya”. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan dasar, menengah dan tinggi sementara pendidikan non formal dan pendidikan informal melalui pendidikan dalam masyarakat dan keluarga. Dewasa ini amat sulit untuk menghadapi tantangan tersebut, karena terbatasnya sistem persekolahan yang menyebabkan tidak mampu memacu cepatnya perubahan dan perkembangan tersebut.
Berbagai kelemahan sistem persekolahan diungkapkan, terutama pada aspek-aspek procedural yang dianggap mengeras, kaku, serba ketat dan formalistis. Pada intinya, walaupun sistem persekolahan masih dianggap penting, namun pijakan pemikiran sudah mulai realistis yaitu tidak semata-mata mengandalkan system persekolahan semata untuk melayani beraneka ragam kebutuhan pendidikan yang kian hari semakin mekar dan beragam.
Lembaga pendidikan sekolah yang jumlahnya makin banyak bersifat formal atau resmi yang dibatasi oleh ruang dan waktu serta kurikulum yang baku dan kaku serta mampu memenuhi segala keterbatasan lainnya. Sehingga tidak semua lembaga sekolah mampu memenuhi semua keinginan masyarakat. Akibat dari kekurangan dan keterbatasan itulah yang memungkinkan suatu kegiatan kependidikan yang bersifat informal atau nonformal diselenggarakan, sehingga melalui kedua belah bentuk pendidikan itu kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dengan baik.
Pembinaan dan pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dipandang relevan untuk bias saling isi-mengisi atau topang-menopang dengan system persekolahan, agar setiap insan bisa menyesuaikan hidupnya sesuai perkembangan zaman.
Philips H. Combs, mengungkapkan bahwa Pendidikan Luar Sekolah adalah sistem kegiatan pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan diluar sistem formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam rangka mencapai tujuan-tujuan belajar.
Menurut Sudjana (2000:1) “pendidikan luar sekolah adalah setiap usaha yang dilakukan secara sadar, sengaja, teratur dan berencana yang bertujuan untuk membantu warga belajar dalam mengembangkan dirinya sehingga terwujud manusia yang gemar belajar.
Pendidikan non formal atau pendidkan luar sekolah (PLS) merupakan pendidikan yang terorganisir diluar pendidikan formal, diselenggarakan secara tersendiri atau merupakan bagian penting dari satu kegiatan yang lebih luas, yang ditujukan kepada warga belajar di dalam mencapai tujuan belajarnya (WP.Napitulu, 2000).
Pendidikan luar sekolah disebut juga suatu sistem pendidikan yang didalamnya terdapat kumpulan komponen (unsur-unsur) yang saling berhubungan dan diorganisir untuk mencapai tujuan. Jadi didalam pendidikan luar sekolah telah terkandung semua unsur yang disyaratkan oleh suatu sistem seperti anak didik, pendidik, waktu, materi dan tujuan

Salah satu bentuk pogram Pendidikan Luar Sekolah yang turut serta membantu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yaitu pemberian bimbel. Bimbel merupakan salah satu wadah pendidikan non formal yang bertujuan memberikan pengetahuan kepada masyarakat untuk menyiapkan warga belajar yang berkualitas dan berkuantitas untuk mencapai tujuan nasional pendidikan melalui pemberian pendidikan di luar jam sekolah.
Dalam bimbingan belajar materi yang diajarkan tidak jauh berbeda dengan materi pelajaran di sekolah, tutor yang mengajar pada bimbingan belajar memiliki warga belajar yang biasanya berkisar 15-20 orang dalam satu kelas. Dengan demikian penyampaian bahan ajar dianggap lebih efektif daripada pengajaran dalam kelas. Dengan menggunakan metode yang tidak kaku, serta metode belajar yang mengasyikkan dan tidak membosankan bias membuat warga belajar tidak jenuh untuk belajar.
Salah satu program bimbingan belajar yang diberikan berupa bimbel pelajaran matematika. Pemberian bimbel matematika dianggap mampu mengubah paradigma warga belajar terhadap pelajaran matematika yang selama ini masih menjadi pelajaran yang mengerikan menjadi pelajaran yang disukainya, sehingga berdampak pada hasil belajar warga belajar yang semakin hari semakin meningkat dari biasanya.
Namun kenyataan ini bertolak belakang pada hasil belajar warga belajar di lembaga bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung. Walaupun sudah diberikan bimbingan belajar, masih saja ada warga belajar yang tidak mengalami peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran matematika. Sehingga bimbel yang diikuti tidak berpengaruh apa-apa terhadap penguasaan matematika warga belajar. Hal ini terlihat dari hasil belajar warga belajar pada lembaga bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung, 15 dari 20 warga belajar dalam kelas tersebut mendapat nilai di bawah rata-rata.
Keadaan ini tentu akan semakin memperburuk penguasaan warga belajar pada pelajaran matematika yang diberikan oleh tutornya di lembaga bimbel. Berdasarkan fenomena ini, maka penulis tertarik untuk mengkaji faktor-faktor penyebab rendahnya hasil belajar warga belajar pada lembaga bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung.


B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka identifikasi masalahnya adalah yang berhubungan dengan factor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu factor eksternal dan factor internal.
a. Factor internal
a) Minat
b) Motivasi
c) Kemauan belajar
d) Persepsi
e) Kemampuan dan bakat
f) Kedisiplinan
b. Factor eksternal
a) Metode belajar
b) Lingkungan
1) Lingkungan sekolah
2) Lingkungan keluarga
3) Lingkungan masyarakat
c) Teman sebaya

C. BATASAN MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka batasan masalahnya dibatasi pada factor internal, yaitu factor kedisiplinan warga belajar dan dihubungkan dengan hasil belajar warga belajar pada lembaga bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung.

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah secara umum dapat dirumuskan apakah terdapat hubungan antara tingakat kedisiplinan warga belajar dengan hasil belajar matematika pada lembaga bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung. Secara khusus rumusan masalahnya meliputi:
1. Bagaimana gambaran rata-rata hasil belajar matematika warga belajar dalam belajar di bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung?
2. Bagaimana gambaran kedisiplinan warga belajar dalam belajar di bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung?
3. Apakah terdapat hubungan antara tingkat kedisiplinan dengan hasil belajar matematika pada lembaga bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung?

E. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari pnelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran rata-rata hasil belajar matematika warga belajar dalam belajar di bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung
2. Bagaimana gambaran kedisiplinan warga belajar dalam belajar di bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung
3. Apakah terdapat hubungan antara tingkat kedisiplinan dengan hasil belajar matematika pada lembaga bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung

F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat secara teoritis
a. Mengembangkan ilmu pengetahuan
2. Manfaat secara praktis
a. Masukan untuk tutor

G. DEFENISI OPERASIONAL
1. KEDISIPLINAN
Menurut Slameto (1998:2) disiplin merupakan “suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk mematuhi dan mendukung ketentuan, tata tertib peraturan, nilai serta kaidah-kaidah yang berlaku”.
Disiplin adalah suatu sikap yang mencerminkan ketaatan terhadap suatu aturan tertentu tanpa adanya paksaan dan kepentingan pribadi yang dilandasi dengan kesadaran sendiri dan tanggung jawab untuk tercapainya suatu tujuan yang sesuai dengan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis.
Yang dimaksud kedisiplinan dalam program bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung adalah kedisiplinan dalam waktu belajar, proses belajar dan mengajar dan kedisiplinan terhadap tata karma warga belajar dalam belajar berdasarkan observasi yang dilakukan.
2. HASIL BELAJAR
Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh warga belajar setelah melakukan proses kegiatan belajar. Hasil belajar dapat diungkapkan dalam bentuk angka atau huruf yang menggambarkan tingkat penguasaan warga belajar terhadap apa yang telah dipelajarinya. Hasil belajar yang diperoleh warga belajar setelah proses belajar mengajar dapat diketahui melalui suatu indikator hasil belajar yaitu tes. Hasil belajar dapat dijadikan guru sebagai acuan penilaian.
3. BIMBINGAN BELAJAR
bimbingan belajar adalah suatu bentuk kegiatan dalam proses belajar yang dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki kemampuan lebih dalam banyak hal untuk diberikan kepada orang lain yang mana bertujuan agar orang lain dapat menemukan pengetahuan baru yang belum dimilikinya serta dapat diterapkan dalam kehidupannya.















BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. KAJIAN TEORI
1. Disiplin
Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib
Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu berbuat untuk hal yang lebih baik. Untuk mengubah prilaku menuju ke hal yang lebih baik itu tidaklah mudah yang kita bayangkan. Perubahan itu melalui perjalanan yang panjang, berjenjang, dan berkesinambungan. Satu-satunya jalur yang dapat ditempuh yakni dengan pendidikan.
Dalam pendidikan luar sekolah warga belajar dikenal dengan istilah warga belajar. Warga belajar adalah orang yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan. Dalam perkembangannya harus melalui proses belajar. Termasuk di dalamnya belajar mengenal diri, belajar mengenal orang lain, dan belajar mengenal lingkungan sekitarnya. Ini dilakukan agar warga belajar dapat mengetahui dan menempatkan posisinya di tengah-tengah masyarakat sekaligus mampu mengendalikan diri.
Sifat pengendalian diri harus ditumbuhkembangkan pada diri warga belajar. Pengendalian diri di sini dimaksudkan adalah suatu kondisi di mana seseorang dalam perbuatannya selalu dapat menguasai diri sehingga tetap mengontrol dirinya dari berbagai keinginan yang terlalu meluap-luap dan berlebih-lebihan. Berarti dalam sifat pengendalian diri tersebut terkandung keteraturan hidup dan kepatuhan akan segala peraturan. Dengan kata lain, perbuatan warga belajar selalu berada dalam koridor disiplin dan tata tertib. Bila demikian, akan tumbuh rasa kedisiplinan warga belajar untuk selalu mengikuti tiap-tiap peraturan yang berlaku. Mematuhi semua peraturan yang berlaku merupakan suatu kewajiban bagi setiap warga belajar.
Masalah kedisiplinan warga belajar menjadi sangat berarti bagi kemajuan kepribadiannya (Nursisto, 2002:78). Warga belajar yang disiplin dan tertib akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang baik. Sebaliknya, warga belajar yang tidak disiplin dan tidak tertib kondisinya akan jauh berbeda. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sudah dianggap barang biasa dan untuk memperbaiki keadaan yang demikian tidaklah mudah. Hal ini diperlukan kerja keras dari berbagai pihak untuk mengubahnya, sehingga berbagai jenis pelanggaran terhadap disiplin dan tata tertib sekolah tersebut perlu dicegah dan ditangkal.
Tingkat kedisiplinan warga belajar umumnya masih tergolong memprihatinkan. Kuantitas pelanggaran yang dilakukan oleh warga belajar semakin bertambah dari waktu ke waktu. Dari berbagai jenis pelanggaran tata tertib sekolah, misalnya banyaknya warga belajar yang bolos atau minggat pada waktu jam belajar, perkelahian, terlambat datang ke lembaga bimbel, malas belajar, sering tidak masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, tidak membuat pekerjaan rumah, merokok, dan lain-lain. Secara garis besar banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh warga belajar akan berpengaruh terhadap kemajuan dan hasil belajar di sekolah.

2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar mengajar. Seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila telah terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya dan perubahan itu terjadi karena latihan dan pengalaman. Perubahan itu bersifat kontinu, fungsional, positif dan aktif serta terjadi secara disadari oleh orang yang belajar.
Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh warga belajar setelah melakukan proses kegiatan belajar. Hasil belajar dapat diungkapkan dalam bentuk angka atau huruf yang menggambarkan tingkat penguasaan warga belajar terhadap apa yang telah dipelajarinya. Hasil belajar yang diperoleh warga belajar setelah proses belajar mengajar dapat diketahui melalui suatu indikator hasil belajar yaitu tes. Hasil belajar dapat dijadikan guru sebagai acuan penilaian. Tujuan penilaian menurut Slameto (1988:10) adalah “untuk mengetahui penguasaan warga belajar atas berbagai hal yang pernah diajarkan untuk memberikan gambaran tentang pencapaian program-program pendidikan secara menyeluruh”. Dari uraian di atas jelaslah bahwa hasil belajar warga belajar menentukan keberhasilan warga belajar dalam penguasaan konsep yang telah dipelajari.
Dari proses belajar akan diperoleh hasil belajar dalam penilaian suatu perubahan sikap, pengetahuan, nilai dan keterampilan. Menurut Syafruddin (2004: 25) Hasil belajar yang diperoleh oleh warga belajar ialah hasil belajar yang bersifat proses pada saat kegiatan belajar. Hasil belajar yang dihasilkan diperoleh dengan melakukan pengukuran.
Mengukur kegiatan belajar individu berarti membandingkan cara individu berperilaku pada waktu tertentu dengan waktu yang lain dalam suasana yang serupa. Bila perilaku dalam suasana itu berbeda untuk kedua kalinya, maka dapat dikatakan bahwa terjadi belajar. Aspek-aspek individu yang diukur tersebut dinyatakan dalam bentuk angka-angka. Skor berupa angka-angka ini dijadikan indikator dari aspek individu yang diukur.
Untuk mengetahui hasil belajar yang didapatkan setiap individu, maka diperlukan pengukuran. Informasi pengukuran tersebut didapat melalui ujian dan tugas pendalaman materi. Dengan demikian hasil belajar yang didapatkan warga belajar memberikan bayangan tingkat penguasaan warga belajar atas pengetahuan yang diterimanya. Berkaitan dengan hasil belajar yang diperoleh, Bloom dalam Abdurrahman (2003: 38) membagi hasil belajar tersebut kepada tiga ranah yaitu:
1. Ranah kognitif, meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, sintesis, dan analisis.
2. Ranah afektif, mencakup penerimaan, partisipasi, penilaian, sikap, organisasi dan pembetukan pola hidup.
3. Ranah psikomotor, terdiri dari persepsi, kesiapan gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan komplek, penyesuaian pola dan kreatifitas.
Dari ketiga tingkatan tersebut, biasanya yang dijadikan ukuran keberhasilan adalah segi kognitif. Tingkatan ini menunjukan tingkatan kualitas hasil belajar yang didapatkan individu yang melakukan kegiatan belajar.


3. Hubungan Kedisiplinan Dengan Hasil Belajar
Proses pembelajaran dilaksanakan untuk dapat melakukan perubahan pada warga belajar. Perubahan ini merupakan perubahan mendasar sebab terkait dengan sikap dan kompetensi warga belajar. Dengan berbagai cara guru membimbing warga belajar agar dapat mencapai tingkat kemampuan tertinggi.
Namun, semua itu sangat tergantung pada tingkat kedisiplinan warga belajar dalam belajar. Dan, menurut penelitian memang ada pengaruh disiplin terhadap hasil belajar warga belajar. Anak-anak yang disiplin dalam belajar mempunyai tingkat kompetensi lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang tidak disiplin.
Pengaruh disiplin terhadap hasil belajar warga belajar memang sangat jelas. Sebagaimana kita ketahui bahwa disiplin artinya ketaatan kita terhadap satu kesepakatan yang telah kita buat untuk mencapai tujuan tertentu, dalam hal ini hasil belajar warga belajar. Dalam kehidupan kita berlaku satu konsep dasar bahwa siapa yang lebih patuh terhadap keputusan bersama, maka dia akan mendapatkan yang diinginkan.
Dalam dunia pendidikan, kedisiplinan merupakan harga mati yang harus dibayar oleh warga belajar. Kita tidak dapat menerima penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh warga belajar. Oleh karena itulah, maka di dalam proses pendidikan dan pembelajaran kita mengenal adanya reward dan punishment. Kedua hal tersebut merupakan konsekuensi yang harus diterima oleh warga belajar.
Hal ini harus kita lakukan sebab pengaruh disiplin terhadap hasil belajar warga belajar sangatlah besar. Ini bukanlah ancaman bagi warga belajar tetapi sekedar pengkondisian agar tumbuh dan berkembang sikap disiplin pada pola kehidupan warga belajar

4. Bimbingan Belajar
Menurut A J Jones, bimbingan belajar merupakan suatu proses pemberian bantuan seseorang pada orang lain dalam menentukan pilihan dan pemecahan masalah dalam kehidupannya.
Menurut L D Crow dan A Crow, bimbingan belajar merupakan suatu bantuan yang dapat diberikan oleh seseorang yang telah terdidik pada orang lain yang mana usianya tidak ditentukan untuk dapat menjalani kegiatan dalam hidupnya.
Jadi, bimbingan belajar adalah suatu bentuk kegiatan dalam proses belajar yang dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki kemampuan lebih dalam banyak hal untuk diberikan kepada orang lain yang mana bertujuan agar orang lain dapat menemukan pengetahuan baru yang belum dimilikinya serta dapat diterapkan dalam kehidupannya.
Bimbingan belajar (bimbel) merupakan bagian tidak terpisahkan dalam praktek pendidikan di Indonesia. Jaman dulu, fenomena bimbel lekat dengan les privat dan bimbingan tes menjelang ujian sekolah atau menuju jenjang perguruan tinggi. Pendek kata, bimbel hanyalah sebatas bimbingan ujian untuk menjawab soal dengan cepat dan tepat.
Bimbel telah menjadi suatu kebutuhan sehari-hari sebagai tempat belajar tambahan di luar sekolah. Kebutuhan tersebut terus membesar seiring makin besarnya kesadaran pelajar akan arti pentingnya bimbel untuk mereka. Sebab itu, sekarang ini bimbel-bimbel setiap harinya selalu ramai dan dipenuhi oleh siswa, tidak hanya sebatas ketika musim ujian saja.
Adanya tuntutan dan kegalauan orang tua agar anaknya memperoleh hasil belajar yang optimal menjadi dasar memasukkan anaknya ke lembaga bimbel yang diyakini mampu meningkatkan hasil belajar anaknya, salah satu lembaga bimbel yaitu MSC Kampung Tarandam lubuk Alung.

5. Bimbingan Belajar sebagai Bentuk Program PLS
Menurut Sudjana (2004) bimbel merupakan salah satu bentuk pendidikan luar sekolah, yang kegiatannya terorganisir dan sistematis di luar system persekolahan yang mapan dan dilaksanakan secara mandiri yang sengaja dilakukan untuk melayani warga belajar didalam mencapai tujuan belajar.
a) Fungsi bimbel
1. Memberikan pengetahuan kepada warga belajar agar mempunyai ilmu pengetahuan yang berguna di masyarakat
2. Sebagai penambah dan pelengkap dari mata pelajaran yan ada di sekolah
b) Tujuan bimbel
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman warga belajar
2. Memeberikan cara belajar/tak-tik belajar agar belajar lebih menyenangkan
3. Memberikan penyelesaian dan pemecahan soal yang terbaru dan dimengerti warga belajar
c) Program bimbel
1. Program bimbel intensif
Program bimbel yang diikuti warga belajar dalam kurun waktu tertentu
2. Program bimbel super intensif
Program bimbel yang dilaksanakan oleh setiap warga belajar yang ingin menambah pengetahuan pada mata pelajaran dan untuk tujuan tertentu
3. Program bimbel SPMB
Program bimbel yang dilaksanakan oleh warga belajar untuk menambah pengetahuan guna mengikuti SPMB

Pendidikan Luar Sekolah merupakan kegiatan yang dilaksanakan diluar system persekolahan, baik dilembaga ataupun tidak. Bimbel merupakan salah satu bentuk program Pendidikan Luar Sekolah yang bertujuan memberikan pengetahuan kepada sasara didik di luar kegiatan persekolahan.
Sasaran yang ingin dicapai oleh guru di sekolah dalam pembelajaran matematika di kelas cukup luas. Sedangkan waktu yang tersedia amat terbatas. Sehingga pemahaman warga belajar terhadap pembelajaran matematika menjadi kurang baik, dan jika hal ini terjadi, maka akan berpengaruh terhadap hasil belajar warga belajar.
Namun mengikuti program bimbel saja tidaklah cukup tanpa diiringi dengan kedisiplinan masing-masing warga belajar, dengan harapan penguasaan pelajaran matematika yang optimal dan hasil belajar yang baik.

B. KERANGKA BERFIKIR
Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya maka hal utama dalam penelitian ini adalah mengetahui ada hubungan antara tingkat kedisiplinan dengan hasil belajar matematika pada lembaga bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung. Adapun variabel X (variabel terikat) yaitu tingkat kedisiplinan dan variabel Y (variabel bebas) yaitu hasil belajar.



Variabel X Variabel Y
C. HIPOTESIS MASALAH
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dikemukakan sebelumnya maka hipotesis masalahnya adalah terdapat hubungan yang signifikan dari tingkat kedisiplinan dengan hasil belajar matematika pada lembaga bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung .





















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini termasuk penelitian korelasional karena antara kedisiplinan warga belajar pada lembaga bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung. Seperti yang dikemukakan oleh Usman dalam Muhammad (2002:12) bahwa “penelitian korelasional bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada satu faktor berhubungan dengan variasi-variasi/ lebih faktor lain berdasarkan koefesien kolerasi” adapun penelitian ini akan penulis lakukan dengan pendekatan kuantitatif.

B. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh peseta didik yang terdaftar di lembaga bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung.
Cirri-ciri dari populasi pada penelitin ini adalah:
1. Terdaftar sebagai warga belajar bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung.
2. Mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku
3. Bertempat tinggal disekitar lembaga bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung
Maka yang menjadi populasi penelitian ini adalah warga belajar di lembaga bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung pada pelajaran matematika berjumlah 46 orang.



2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang harus representatif, artinya segala karakteristik populasi tercermin pada sampel yang diambil. Karena populasi yang ada <100, maka semua populasi yang berjumlah 46 orang diambil untuk dijadikan sampel.

C. JENIS , VARIABEL DATA DAN SUMBER DATA
1. Jenis data
Berdasarkan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, data dapat dikelompokkan berupa data primer yaitu data tentang kedisiplinan warga belajar dan data sekunder yaitu data tentang hasil belajar metematika warga belajar di lembaga bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung
Data berupa kedisiplinana mencakup:
a) Kedisiplinan waktu belajar
b) Kedisiplinan dalam proses belajar mengajar
c) Kedisiplinana dalam tata tertib
d) Data hasil belajar warga belajar
2. Variabel Data
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas
Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel independent atau terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah tingkat kedisiplinan
2. Variabel terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi suatu akibat adanya variabel bebas, yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar warga belajar di lembaga bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung
3. Sumber data
Sumber data untuk jenis tingkat kedisiplinan warga belajar diperoleh dari warga belajar dan jenis data untuk hasil belajar warga belajar dalam pelajaran matematika diperoleh melalui dokumen nilai pada tutor mata pelajaran matematika.

D. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen adalah sarana untuk memperoleh data, maka instrumen yang digunakan untuk penelitian disusun dengan cara menjabarkan variable kepada beberapa sub variable. Setelah sub variable ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan indicator dari sub variable
Indicator ditetapkan berdasarkan kedisiplinan warga belajar dalam belajar, setelah itu barulah dirumuskan butir pertanyaan untuk mengetahui kedisiplinan warga belajar pada lembaga bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hubungan tingkat kedisiplinan dengan hasil belajar adalah berupa pertanyaan berbentuk skala penilaian dengan alternative jawaban yaitu pola Skala Likert yaitu skala dalam bentuk kuntinum yang terdiri dari 5 kategori dan pernyataan angket yang bersifat positif dan negatif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel : Daftar Skor Jawaban Setiap Pertanyaan Berdasarkan Sifatnya
Pertanyaan Sifat Pernyataan
Positif Negatif
Selalu (SL) 5 1
Sering (SR) 4 2
Kadang-kadang (KD) 3 3
Jarang (JR) 2 4
Tidak Pernah (TP) 1 5
Butir pertanyaan yang disusun dapat digunakan untuk melihat kedisiplinan warga belajar dalam belajar matematika mencakup dari ketepatan waktu dalam belajar, prosess belajar mengajar dan juga tata tertib dalam belajar.

1. Uji Coba Instrumen
Butir pertanyaan yang dibuat dalam bentuk pedoman observasi, sebelum dilakukan obeservasi yang sesungguhnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas dan keterandalan instrument. Dalam uji coba instrument di uji cobakan 10 responden yang luar dari sampel.

2. Uji validitas
Menurut Arikunto (2003:329) menjelaskan bahwa yang dimaksud validitas adalah ketepatan mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir pertanyaan tersebut. Untuk mengetahui validitas instrument, di gunakan rumus korelasi tata jenjang dari Sperman sebagai berikut:

Rho = 1 -
Keterangan :
Rho : Koefesien korelasi tata jenjang
B : Beda yaitu selisih antara variabel 1 dan variabel 2
N : Banyaknya subjek pemilik nilai

3. Uji reliabilitas instrument
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar suatu pengukuran mengukur dengan stabil atau konsisten. Instrumen yang dipercaya untuk digunakan sebagai alat mengumpulkan data karena instrument penelitian yang baik, dan rumus yang digunakan adalah rumus k-R21 yang di kemukakan oleh Arikunto (2005:17) yaitu:




Keterangan:
Rn : Reabilitas Instrument
k : Banyaknya butir (pertanyaan)
M : Rata-rata skorseluruh butir (pertanyaan)
Vt : Validitas total
E. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
Untuk data tentang kedisiplinan warga belajar diperoleh melalui teknik observasi langsungpada warga belajar di lembaga bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung dengan menggunakan panduan observasi dalam bentuk daftar cek. Adapun data tentang hasil belajar pada mata pelajaran Matematika diperoleh melalui studi dokumentasi dari tutor mata pelajaran Matematika dengan menggunakan blangko pencatatan.

F. TEKNIK ANALISA DATA
Untuk data tentang gambaran kedisiplinan warga belajar dengan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika di lembaga bimbel MSC Kampung Tarandam Lubuk Alung diambil dengan mengunakan nilai rata-rata. Hal ini sesuai dengan pendapat Iqbal Hasan (2001:71) yang menyatakan bahwa” nilai rata-rata dapat dihitung berdasartkan keseluruhan nilai yang terdapat dalam data yang bersangkutan”.
Adapun rumus yang digunakan adalah rata-rata hitung (mean) seprti tertera dibawah ini:
Rumus:

Keterangan:
: Mean
Xi : Data Pengamatan ke i
n : Jumlah data sampel
Untuk melihat hubungan antara kedisiplinan dengan hasil belajar digunakan teknik analisis dalam melakukan data tersebut adalah rumus produk moment yang mana teknik ini dipilih untuk melihat hubungan antara satu variable dengan variable lainnya.
Rumus produk moment:
rxy =
Keterangan :
= Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
∑xsy= Jumlah perkalian x dan y
X2= Kuadrat dari x
y2 = Kuadrat dari y
n = Banyaknya item

Tidak ada komentar:

Posting Komentar